Senin, 15 Juli 2013

SEKILAS SEJARAH ASWAJA DAN WASPADAI WAHABI SALAFI

SEKILAS SEJARAH ASWAJA DAN WASPADAI WAHABI SALAFI


 Oleh Von Edison Alouisci

 Di wilayah sejarah, proses pembentukan Aswaja terentang hingga zaman Khulafa’ur Rasyidin, yakni dimulai sejak terjadi perang Shiffin yang melibatkan khalifah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu dengan Muawiyah. Bersama kekalahan khalifah keempat tersebut, setelah dikelabui melalui arbitrase (tahkim) oleh kubu Muawiyah, umat Islam semakin terpecah ke dalam berbagai golongan. Di antara mereka terdapat Syi’ah yang secara umum dinisbatkan kepada pengikut khalifah Ali bin Abi Thalib, golongan Khawarij yakni pendukung Ali yang membelot karena tidak setuju dengan tahkim, dan ada pula kelompok Jabariyah yang melegitimasi kepemimpinan Mu’awiyah.

 Selain tiga golongan tersebut, masih ada Murji’ah dan Qodariyah, faham bahwa segala sesuatu terjadi karena perbuatan manusia dan Allah tidak turut campur (Af’al Al-ibad min Al-ibad), berlawanan dengan faham Jabariyah.

 Di antara kelompok-kelompok itu, adalah sebuah komunitas yang dipelopori oleh Imam Abu Sa’id Hasan ibn Hasan Yasar Al-Bashri (21-110 H/639-728 M), lebih dikenal dengan nama Imam Hasan Al Bashri, yang cenderung mengembangkan aktifitas keagamaan yang bersifat kultural (tsaqofiyah), ilmiah, dan berusaha mencari jalan kebenaran secara jernih. Komunitas ini menghindari pertikaian politik antara berbagai fraksi politik (firqoh) yang berkembang ketika itu. Sebaliknya, mereka mengembangkan sikap keberagaman dan pemikiran yang sejuk, moderat, dan tidak ekstrim. Dengan sistem keberagaman semacam itu, mereka tidak mudah untuk mengkafirkan golongan atau kelompok lain yang terlibat dalam pertikaian politik ketika itu.

 Seirama waktu, sikap dan pandangan tersebut diteruskan ke generasi-generasi ulama setelah beliau, di antaranya Imam Abu Hanifah Al-Nu’man (150 H), Imam Malik Ibn Anas (179 H), Imam Syafi’i (204 H), Ibn Kullab (204 H), Ahmad Ibn Hanbal (241 H), hingga tiba pada generasi Abu Hasan Al-Asy’ari (324 H) dan Abu Mansur Al-Maturidi (333 H). Kepada dua ulama terakhir inilah permulaan faham Aswaja sering dinisbatkan, meskipun bila ditelusuri secara teliti, benih-benih faham Aswaja ini sebenarnya telah tumbuh sejak dua abad sebelumnya.

 Indonesia merupakan salah satu penduduk dengan jumlah penganut faham Ahlussunnah Wal Jama’ah terbesar di dunia. Mayoritas pemeluk Islam di kepulauan ini adalah penganut madzhab Syafi’i, dan sebagian terbesarnya bergabung -baik tergabung secara sadar maupun tidak- dalam jam’iyah Nahdlatul Ulama, yang sejak awal berdiri menegaskan sebagai pengamal Islam ala Ahlussunnah Wal Jama’ah.

 secara global.. paham aswaja adalah paham terbesar nomor satu didunia dengan jumlah pengikut paling banyak dari semua golongan Islam.

 in tak lepas dari printah Raslullah sendiri untuk mengikuti al jama`ah..mayoritas..karna itu adalah sunnah dan kewajiban umat muslim mengikutinya walau tidak di pungkiri ada umat islam yang memisahkan diri.. semacam wahabi salafi,ahmadiyah dimasa sekarang ini..

 Nabi juga memerintahkan supaya berpegang tegung pada jamaah mayoritas.Dari Anas bin Malik ra berkata : “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadinya perselisihan, maka ikutilah kelompok mayoritas.” [HR. Ibnu Majah (3950), Abd bin Humaid dalam Musnad-nya (1220) dan al-Thabarani dalam Musnad al-Syamiyyin (2069).


 Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 “إِنَّ اللهَ لَا يُجْمِعُ أُمَّةِ عَلَى ضَلَالَةٍ وَيَدُ اللهِ مَعَ الجَمَاعَةِ وَمَنْ شَذَّ شَذَّ إِلَى النَّارِ”
 “Sesungguhnya Allah tidak menghimpun ummatku diatas kesesatan. Dan tangan Allah bersama jama’ah. Barangsiapa yang menyelewengkan, maka ia menyeleweng ke neraka“. (HR. Tirmidzi: 2168). “Barangsiapa yang menolak sunnahku maka bukan dari golonganku” (Shahih Bukhari).

 golongan wahabi ada yang terkadang mengaku SUNNI atau aswaja.. namun kenyataan mereka berpegang pada pandangan Muhmmad bin abdul wahab pendiri wahabi yang sama sekali bukan ulama salaf.Mereka inkar madzab.inkar beberapa syriat ajaran salaf tapi ngaku manhaj salaf. tentu saja ini kebohongan besar kaum wahabi salafi lebih lebih jka bicara akidah.. akidah mereka justru mengikuti paham khawarij.

 Padahal jelas dalam sejarahnya khawarij adalah umat islam yang mesti diwaspadai karna banyak sekali pringatan Raslullah tentang salahnya ajaran khawarij yang katanya Islam.mengingat wahabi salafi juga paham khawarij maka tentu saja kita wajib mewaspadai wahabi salafi yang menyimpang sama dengan khawarij.
 ini artinya WAHABI MENGACAUKAN TATANAN UMAT ISLAM


 mari kita cermati hadits diatas.. WALAU SAMA ISLAM..AKAN TETAPI SETIAP AJARAN ISLAM YANG SALAH TIDAK AKAN BISA BERSATU. ini dibuktikan dengan tumpasnya khawarij dimasa khliafah.

 Kita tidak perlu mengatakan" Islam adalah saudara jika satu diantaranya sesat jalan " apakah anda ngaku saudara dengan khawarij yang dibenci rasulullah..?? bukankag mereka Islam ??
 apakah anda ngaku saudara dengan ahmadiyah yang nabinya bukan muhammad Rasulullah ?? bukankah mereka juga ngaku Islam ??

 SEKALI LAGI...


 “إِنَّ اللهَ لَا يُجْمِعُ أُمَّةِ عَلَى ضَلَالَةٍ وَيَدُ اللهِ مَعَ الجَمَاعَةِ وَمَنْ شَذَّ شَذَّ إِلَى النَّارِ”
 “Sesungguhnya Allah tidak menghimpun ummatku diatas kesesatan. Dan tangan Allah bersama jama’ah. Barangsiapa yang menyelewengkan, maka ia menyeleweng ke neraka“. (HR. Tirmidzi: 2168). “Barangsiapa yang menolak sunnahku maka bukan dari golonganku” (Shahih Bukhari).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar